Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Cerita Penghuni Rumah di Gang Sempit Cimahi yang Ditinggali 46 Orang

Rusli lurah Citeurep di Gang Sempit Cimahi yang Dihuni 18 KK

FRN Cimahi, - Sri Aminah berjalan menyusuri gang sempit yang terbentuk dari tembok rumahnya serta rumah milik tetangganya. Ia kaget kala orang-orang berkerumun di jalan gang sempit depan rumahnya.

Wanita 64 tahun itu tinggal di Kampung Cisurupan, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Rumahnya mendadak viral lantaran dihuni oleh 18 Kepala Keluarga (KK) atau 46 jiwa.

Senin (8/7/2024), lurah, bhabinkamtibmas, babinsa, didampingi pengurus RT dan RW menyambangi rumah Sri Aminah. Mereka hendak mengecek kondisi rumah yang sudah ditinggal keluarga itu sejak tahun 1982.

Terungkapnya 18 KK yang tinggal di dalam satu atap itu setelah petugas Pantarlih Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih Pilkada Serentak 2024.

"Kaget ibu juga, nggak tahu bakal ramai seperti ini. Anak-anak ibu juga ada yang marah sebetulnya kenapa sampai ramai. Ya ibu bilang gara-gara bu RT yang pengecekan," kata Sri saat berbincang dengan detikJabar, Senin (8/7/2024).

Sri tak mengelak kalau ia, keluarga adiknya, keluarga anak-anaknya, beserta cucu dan buyutnya memang tinggal di satu atap. Rumah dengan luas sekitar 70 meter persegi itu jadi tempat ternyaman mereka sejak puluhan tahun lalu.

"Rumahnya disekat-sekat, jadi di bagian belakang itu ibu, anak-anak, sama cucu. Di depan ada adik ibu, terus di lantai 2 itu diisi sama 3 orang," kata Sri.

Rumah Sri Rumah itu berada di kawasan padat penduduk Kota Cimahi. Terselip di dalam gang sempit yang hanya bisa dilintasi dua motor namun mesti berjalan bergantian dengan pejalan kaki.

Sri tak mau membuka pintu lebar-lebar untuk tamu. Ia hanya mengizinkan orang yang datang menengok bagian belakang rumahnya. detikJabar melihat di bagian belakang rumah itu. Ada dua kamar, satu ruangan besar, yang diisi beberapa perabot seperti bufet hingga lemari es.

"Ya tidur paling berdempetan, ibu juga tidurnya di ruangan tengah ya karena memang sempit," kata Sri.

Rumah itu akan semakin penuh sesak pada waktu tertentu, semisal momen Idulfitri. Sanak saudara serta anaknya yang mengontrak di daerah lain akan datang.

"Paling bisa ngumpul semua itu kalau Lebaran, soalnya sekarang juga kan ada yang ngontrak. Paling jauh yang tinggal di Subang, kalau di sini ya datang pas libur. Baru penuh rumahnya," kata Sri.

Kondisi memprihatinkan juga nampak dari kamar mandi yang Sri dan keluarga besarnya gunakan. Mereka bergantian menggunakan kamar mandi berukuran sekitar 1x1,5 meter yang ada di bagian belakang.

"Ya cuma segini adanya, terus buat air juga kan ibu ngambil dari MCK RW. Dulu ada aliran air ke rumah, tapi nggak sanggup bayar listriknya. Kalau mau pakai air di rumah enggak bisa, bau airnya," tutur Sri.

Sri tak mau membuka pintu lebar-lebar untuk tamu. Ia hanya mengizinkan orang yang datang menengok bagian belakang rumahnya. detikJabar melihat di bagian belakang rumah itu. Ada dua kamar, satu ruangan besar, yang diisi beberapa perabot seperti bufet hingga lemari es.

"Ya tidur paling berdempetan, ibu juga tidurnya di ruangan tengah ya karena memang sempit," kata Sri.

Rumah itu akan semakin penuh sesak pada waktu tertentu, semisal momen Idulfitri. Sanak saudara serta anaknya yang mengontrak di daerah lain akan datang.

"Paling bisa ngumpul semua itu kalau Lebaran, soalnya sekarang juga kan ada yang ngontrak. Paling jauh yang tinggal di Subang, kalau di sini ya datang pas libur. Baru penuh rumahnya," kata Sri.

Kondisi memprihatinkan juga nampak dari kamar mandi yang Sri dan keluarga besarnya gunakan. Mereka bergantian menggunakan kamar mandi berukuran sekitar 1x1,5 meter yang ada di bagian belakang.

"Ya cuma segini adanya, terus buat air juga kan ibu ngambil dari MCK RW. Dulu ada aliran air ke rumah, tapi nggak sanggup bayar listriknya. Kalau mau pakai air di rumah enggak bisa, bau airnya," tutur Sri.

Sri tak banyak berharap rumahnya bisa diperbaiki. Sebab menurutnya, rumah yang ia tinggali saat ini sudah lebih dari cukup untuk menampung keluarga besarnya agar tak kepanasan dan kehujanan.

"Kalau bantuan ya dapat, baru-baru ini. Kalau rumah lumayan buat tinggal mah, paling bocor kalau hujan. Ya sudah bersyukur ada ini juga," tutur Sri.

Sementara itu, Lurah Citeureup, Rusli Sudarmadi mengatakan berdasarkan hasil pengecekan terkini, di rumah itu saat ini hanya dihuni 14 KK atau sekitar 36 jiwa. Sementara sisanya sudah keluar dari rumah tersebut.

"Sampai hari ini, yang tinggal di rumah itu ada 14 KK atau 36 jiwa. Ada 12 orang atau 4 KK yang mereka itu ngontrak rumah sendiri. Ada yang di Cipageran, di luar kota, tapi ada juga yang masih satu RT juga," kata Rusli.



(Red).  

Posting Komentar

0 Komentar