Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Stefani Aurelia, Gadis Asal Sukabumi yang Kebal Senjata Tajam

Stefani Aurelia, Gadis Kebal Sajam Asal Sukabumi.  

FRN Sukabumi, - Debus merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Provinsi Banten. Kesenian ini menampilkan atraksi kekebalan tubuh manusia dari berbagai macam benda tajam.

Kata debus berasal dari bahasa Arab yaitu 'dablus' yang berarti sejenis senjata dengan ujung yang runcing. Debus sudah ada di zaman pemerintah Maulana Hasanudin, tahun 1552 sampai 1570. Kemudian dikenal luas di masyarakat hingga akhirnya dijadikan sarana syiar agama islam kala itu.

Bukan hanya dimainkan oleh lelaki, kini debus juga diminati oleh kalangan perempuan. Seperti yang dilakukan Stefani Aurelia, gadis 15 tahun asal Lembursitu, Kota Sukabumi.

Pada helatan Festival Silat Syawal 2024, Stefani terlihat lincah menggunakan golok di tubuhnya. Golok tersebut beberapa kali dia sayatkan ke lengan, pipi bahkan lidah. Meskipun bercucuran darah, Stefani mengaku tidak merasakan sakit.

Dilangsir dari 
detikJabar, "(Kenapa memilih debus) suka aja sama seni budayanya, keren gitu. Dari dulu juga sudah minat tapi belum kesampaian baru sekarang," kata Stefani kepada detikJabar ditulis Senin (29/4/2024).

Dia mengaku baru satu tahun bergabung dengan perguruan Dadali Pati. Menurutnya, debus adalah warisan nenek moyang untuk masyarakat Pasundan, sehingga saat ia bergabung dalam kesenian itu dinilai sebagai bagian dalam melestarikan kesenian itu.

"Baru sekitar satu tahunan dan belajar lumayan lama. Nggak (sakit) alhamdulillah sudahnya mah nggak apa-apa," ucapnya.

Meski masih duduk di bangku sekolah menengah atas, Stefani tak kesulitan membagi waktu untuk latihan dan kewajibannya menuntut ilmu. Biasanya, dia berlatih debus pada hari libur sekolah saja.

"Kalau latihan itu mah pas libur aja, masih ada waktu buat sekolah, ngerjain tugas dan lain-lain," kata dia.

Saeful Alam, guru debus yang akrab disapa Bah Alam mengatakan, Stefani merupakan satu dari 170 murid asuhannya. Dia menyebut, kesenian debus ini harus dilestarikan sebagai seni budaya.

"Minimal yang ingin belajar debus itu usia 15 tahun. Ada hal khusus, segala sesuatu tidak mungkin Kun Fayakun ya, tetap ada sesuatu yang mesti kita amalkan dan itu pun semua tidak terlepas daripada hakikat yang Maha Kuasa. Kita hanya meminta terhadap Yang Maha Kuasa untuk diselamatkan," kata Bah Alam.


(TIM/RED).  

Posting Komentar

0 Komentar