Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Babakan Ciparay, Kecamatan Jahanam di Kota Bandung yang Bakal Menguji Kesabaran Kalian

Babakan Ciparay, Kecamatan Jahanam di Kota Bandung yang Bakal Menguji Kesabaran Kalian

Kalian yang kesabarannya setipis tisu lebih baik hindari tinggal atau sekadar mampir ke Babakan Ciparay Bandung.

FRN BANDUNG, - Kota Bandung bak magnet bagi warga Bandung Raya. Maklum saja, kota  ini merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat sehingga berbagai fasilitas dan kesempatan lebih banyak tersedia di sana. Nggak heran, mereka yang tinggal di kota ini semakin banyak dari tahun ke tahun. 

Melansir data BPS, Kota Bandung dihuni oleh sekitar 2,56 juta penduduk di akhir 2023. Jutaan penduduk itu tersebar di 30 kecamatan yang ada di sana. Tercatat, Kecamatan Babakan Ciparay yang paling padat. Itu mengapa, kalian jangan kaget kalau beberapa titik di kecamatan itu begitu menyebalkan. Selain kepadatan penduduk, pengaturan di Babakan Ciparay memang perlu banyak perbaikan. Kondisi tersebut menyebabkan jalanan di sana sangat menguji kesabaran. 

Sebelum membahas lebih jauh, saya ingin menekankan bahwa Kecamatan Babakan Ciparay yang saya maksud di sini terletak di Kota Bandung ya. Berbeda dengan Kecamatan Ciparay yang terletak di Kabupaten Bandung. Masih banyak orang tertukar dua kecamatan tersebut.

#1 Pasar Induk Caringin yang serba ada

Salah satu kawasan yang menguji kesabaran di Babakan Ciparay adalah Pasar Induk Caringin. Pasar tradisional terbesar di Kota Bandung ini merupakan pusat pusat grosir buah dan sayur segar. Dagangan di pasar ini terkenal lebih segar karena didapat langsung dari petani. Alasan ini juga yang membuat harga buah dan sayur jauh lebih murah di Pasar Induk Caringin. 

Banyak warga yang mengandalkan pasar ini sebagai pusat grosir. Itu mengapa pasar ini nggak pernah tidur alias selalu buka 24 jam. Saya juga heran, selalu ada saja pembelinya. Mungkin lokasi yang mudah dijangkau juga jadi salah satu sebabnya. Pasar Induk Caringin lokasinya sangat strategis, di dekat jalan tol dan Jalan Bypass Soekarno-Hatta yang merupakan Jalan Nasional III.

#2 Jalan Raya Kopo adalah mimpi buruk

Bandung memang romantis, tapi di Jalan Cipaganti, Jalan Asia Afrika, dan Jalan Braga saja. Selebihnya ya mimpi buruk, apalagi di Jalan Raya Kopo. Saya jamin kalian akan misuh-misuh, terlebih kalau melewatinya di sore hari, di jam-jam pulang kerja. Kondisinya akan semakin menguras kesabaran kalau hujan. Kalian harus menghadapi kemacetan yang panjang dan genangan air di sana sini. Drainase jalan ini memang buruk. 

Jalan Raya Kopo memang salah satu jalan vital di Babakan Ciparay dan Bandung Raya. Jalan ini menghubungkan antara Soreang, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung. Terlebih, jalan raya ini dilewati oleh kendaraan yang keluar atau masuk Jalan Tol Kopo. Nggak heran kalau Jalan Raya Kopo diwarnai oleh berbagai jenis kendaraan mulai dari motor hingga truk-truk besar. Belum lagi Miko Mall dan kluster rumah warga yang ada di sepanjang jalan tersebut. 

Bisa dibayangkan kan betapa padat dan ruwet daerah ini? Semoga pemerintah setempat segera menemukan jalan untuk mengurai kemacetan dan kepadatan di kawasan ini. 

#3 Babakan Ciparay ada pusat industri pabrik dan pergudangan  

Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung terasa semakin padat dengan kehadiran pusat industri pabrik dan pergudangan di Kawasan Industri Satria Raya. Kawasan industri ini terletak dekat dengan Pasar Induk Caringin yang saya ceritakan tadi. Kondisinya sangat ruwet ketika jam bubaran pabrik, buruh pabrik yang hendak pulang ke rumah memenuhi jalanan. Kemacetan tidak terhindarkan. 

Kehadiran kawasan industri ini memang bisa menyerap tenaga kerja sekitar. Perekonomian daerah dan nasional pun terbantu karenanya. Hanya saja, ada harga yang harus dibayar untuk itu semua, yakni polusi udara yang menurunkan kualitas kesehatan warga sekitar. 

Di atas yang beberapa alasan yang membuat Kecamatan Babakan Ciparay jadi daerah terpadat sekaligus menyebalkan di Kota Bandung. Saya merasa kepadatan tersebut bak pisau bermata dua. Di satu sisi bisa menggerakkan roda ekonomi. Di sisi lain, kecamatan ini semakin hari semakin nggak layak untuk ditinggali. Memang kudu banyak stok sabarnya ketika mampir atau tinggal di sana.



(Red).

Posting Komentar

0 Komentar