Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Pesan Toleransi dari Kota Cimahi Lewat Sebungkus Takjil

Umat Katolik di Cimahi Bagi-bagi Takjil 

FRN Cimahi - Ramadan tinggal menghitung hari, namun euforianya masih kental terasa. Di detik-detik terakhir ibadah puasa 1445 Hijriah ini, umat Katolik masih turut ambil bagian memupuk kebaikan.

Seperti dilakukan jemaat paroki Gereja Santo Ignatius, Baros, Kota Cimahi, yang membagi-bagikan sebungkus takjil bagi mereka yang berpuasa namun masih dalam perjalanan.

Di Sabtu sore, puluhan jemaat gereja Santo Ignatius berbaris di tepi Jalan Raya Baros, tepat di depan SD Santa Maria. Mereka menyodorkan takjil yang sudah dibungkus pada para pengendara motor dan mobil.

"Kita ingin ikut ambil bagian berbela rasa, menebarkan cinta kasih pada saudara kita umat muslim yang sedang berpuasa lewat sebungkus takjil," kata Ketua Pelaksana Bela Rasa Ramadan, Nesti Endrarni usai pembagian takjil, Sabtu (6/4/2024).

Tak cuma kali ini saja. Luar biasanya, di bulan Ramadan ini mereka sudah melakukan kegiatan serupa di lima titik yang berbeda. Semuanya antusias ambil bagian dalam kebaikan tersebut.

"Kami sudah menentukan titik-titik mana saja yang tidak ada orang berburu takjil. Seperti di Sangkuriang, Cimindi, Cangkorah, sekarang Baros. Pokoknya kita sasar titik-titik yang orang tuh tidak kesana," kata Nesti.

Kepedulian mereka pada suasana berbeda keyakinan, tak main-main. Bukan cuma menyasar orang-orang di jalanan, namun mereka juga rutin berbagi dengan anak-anak kurang beruntung yang menjalani kehidupan di pesantren duafa.

"Biasanya ada beras, mie instan, nasi boks, takjil. Jadi memang khusus kita berikan kesana. Untuk ke pesantren biasanya selama Ramadan saja, karena mereka kan jarang keluar jadi kita yang datang. Total kalau dilihat dari jumlah mungkin sekitar tiga ribu paket yang sudah kita salurkan," kata Nesti.

Menurutnya, umat Islam, Katolik, dan agama lainnya di Kota Cimahi jadi gambaran keberagaman dan toleransi. Harapan dari saling berbagi juga berujung pada kian rekatnya hubungan persaudaraan antar umat beragama.

"Yang diterapkan setiap kegiatan itu untuk mendidik toleransi melalui cinta pada sesama. Dari hal yang sepele, memberikan takjil dan makanan itu sudah bentuk dari cinta pada sesama," kata Nesti.

"Apalagi perayaan hari besar keagamaan yang bersamaan, Minggu lalu kita juga melakukan Tri Hari Suci Paskah, ada Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Minggu Paskah. Itu bersamaan dengan umat Islam yang sedang berpuasa dan sebentar lagi akan merayakan lebaran," imbuhnya.

(TIM/RED). 

Posting Komentar

0 Komentar